Perekonomian Indonesia tahun 2014

Perekonomian Indonesia pada tahun 2014 mengalami moderasi pertumbuhan. Hal tersebut merupakan imbas dari dinamika ekonomi global yang tidak sesuai perkiraan dan kebijakan stabilisasi yang diterapkan oleh Bank Indonesia dan Pemerintah. Meskipun termoderasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,0% pada tahun 2014, masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi ASEAN 5 yang rata-rata sebesar 4,7%. Sejalan dengan termoderasinya pertumbuhan ekonomi, angka pengangguran sedikit meningkat. Namun, kondisi kemiskinan dapat membaik sebagai dampak dari inflasi yang terkendali.

Di sisi domestik, struktur ekonomi Indonesia masih rentan terkait reformasi struktural yang belum berjalan sesuai dengan harapan. Menghadapi struktur ekspor Indonesia yang masih bertumpu pada komoditas berbasis SDA, Pemerintah menempuh langkah reformasi di sektor pertambangan. Investasi pada tahun 2014 tumbuh melambat sebagai respons moderasi ekspor dan konsumsi rumah tangga pada paruh kedua tahun 2014, serta dampak dari kebijakan stabilisasi seperti suku bunga dan Loan to Value (LTV), terutama pada investasi bangunan. Dengan perkembangan ini, laju pertumbuhan impor pada 2014 dapat diredam walaupun masih sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Secara spasial, perlambatan ekonomi terjadi di seluruh kawasan, dengan perlambatan terbesar terjadi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) terkait dengan menurunnya kinerja lapangan usaha pertambangan. Pertumbuhan ekonomi kawasan Jawa yang juga melambat disebabkan oleh pertumbuhan investasi yang lebih rendah.

Meskipun tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi 2013, pertumbuhan ekonomi 2014 mampu dipertahankan sekitar 5%, lebih tinggi dari ratarata pertumbuhan negara ASEAN 5 sebesar 4,7%. Sejalan dengan perlambatan tersebut, angka pengangguran sedikit mengalami peningkatan. Namun, kondisi kemiskinan mengalami perbaikan sebagai dampak dari perkembangan inflasi yang rendah sampai dengan Oktober 2014. Konsumsi Pemerintah pada tahun 2014 melambat akibat program penghematan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) guna menjaga kesinambungan fiskal. Beban subsidi BBM dan belanja wajib lain masih tinggi, sementara penerimaan fiskal menurun sejalan dengan perlambatan ekonomi domestik dan penurunan harga komoditas global. Kondisi tersebut mendorong Pemerintah untuk melakukan penghematan anggaran.

Ekspor komoditas berbasis SDA, terutama pertambangan mengalami penurunan pada tahun 2014. Ekspor batubara turun signifikan dipengaruhi oleh permintaan dari Tiongkok yang lebih rendah dan harga batubara yang menurun. Selain itu, ekspor komoditas pertambangan juga dipengaruhi oleh penerapan UU Minerba pada awal tahun 2014. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas pertambangan melalui pembatasan ekspor mineral tambang mentah. Namun, penerapan kebijakan tersebut belum berjalan sesuai harapan, sehingga berdampak pada terhentinya ekspor komoditas mineral tambang hingga paruh pertama 2014. Ekspor mineral tambang baru dapat terealisasi pada triwulan III 2014, setelah tercapainya kesepakatan antara Pemerintah dan pelaku usaha terkait pembangunan pabrik pengolahan mineral tambang dan penurunan bea ekspor.

Daftar Pustaka :

Bank Indonesia. 2015. Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2014. http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/perekonomian/Pages/LPI_2014.aspx.